Aside

hidup selebriti dan industrinya yang helter skelter

lilico dan adiknya yang belum operasi

lilico dan adiknya yang belum operasi

harus gak sih sebuah film yang diadaptasi dari komik jadi komikal juga? walaupun film-film ini dimainkan oleh manusia sepanjang film saya seperti baca manga karena gambaran karakternya berlebihan dan semuanya dibicarakan terlalu gamblang. on my freakin face.

 

seperti judulnya, helter skelter adalah perjalanan karir seorang selebriti yang seperti wahana helter skelter: melintir turun dari puncak popularitas ke jurang kenelangsaan. selebritinya bernama lilico (erika sawajiri) yang seluruh tubuhnya adalah hasil operasi plastik kecuali bola mata, kuku, dan mekinya. investigasi dilakukan karena banyak korban jiwa dari klinik tempat ia dioperasi. seorang detektif menyebalkan menarasikan cerita ini dengan komentar-komentar ala filsufnya yang lebih banyak ganggu daripada mencerahkan.

 

medan pertempuran lilico gak hanya saingan-saingan modelnya (kiko mizuhara salah satu contohnya), tapi juga adiksinya terhadap sebuah hal fana bernama cinta (asek). akhirnya cukup asik sih, dia menyerahkan diri untuk dilumat publik dengan menusuk matanya di sebuah konferensi pers. melayani publik dia, udah kayak pejabat negara. kalau saja aktingnya dibuat lebih subtle dan realistis pasti saya udah kasian sama dia. sayangnya dari awal dia seperti mak lampir sinting obsesif gak punya rasa terima kasih dan belas kasihan. take outnya juga jadi gak lucu-ngeri seperti sympathy for lady vengeance misalnya, di sini kita gak dibuat simpatik sama lady lilico. film ini berusaha terlalu keras untuk dianggap dalem dan serius.

 

memang sih ada hal-hal penting yang disampaikan di film ini, dari mikro sampai makro konfliknya konsisten dan relevan, semuanya tentang sesuatu yang cakep di luar tapi bobrok di dalem (operasi plastik –> industri hiburan jepang –> negara jepang itu sendiri). secara visual pun film dipoles seplastis mungkin untuk menceritakan sesuatu yang gelap. mungkin jepang emang kayak boneka matryoshka yang cacat kecuali lapisan terluarnya. tiap dibuka nambah cacatnya, ampe ketemu kecoak di bagian paling dalem.  saya harus baca komiknya dulu untuk tahu apakah itu andil penulis manganya (kyoko okazaki), atau penulis skenarionya (arisa kaneko). yang pasti sih saya gak satu selera sama sutradaranya (mika ninagawa).

 

harus gak sih kita baca komiknya?

 

*gambar diambil dari sini

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s