Cinta Brutal di Crimson Peak

Oleh: Ratri Ninditya

 

Fiksi gothic menjawab era pencerahan yang kerasa basi karena semuanya pasti-pasti aja. Cerita-cerita bertema gothic selalu merayakan misteri, keajaiban, dan ketakutan. Adanya karya-karya gothic menandakan bahwa di tengah kemajuan ilmu pengetahuan sebetulnya masih banyak yang nggak bisa dijelaskan dengan logika, masa lalu yang menghantui (literally and figuratively), dan brutalismeee (ahay).

Film terbaru yang disutradarai Guillermo del Toro dibilangnya masuk kategori gothic romance, artinya ada cinta-cintaan tapi ada gaib dan darah-darahan. Ramuan cucok untuk nendang pasar mainstream. Oom del Toro ini dilihat-lihat cukup produktif juga ya. Nggak hanya jadi sutradara tapi juga produser, nulis buku, dan nggadunin brondong*. Dengan portofolio sebanyak itu serta cukup mainstream sejak The Devil’s Backbone dan Pan’s Labyrinth, mungkin kritikus-kritikus udah pada gak nganggep karyanya serius lagi. Dan secara box office gue kurang merhatiin sih sukses atau nggaknya.

Cuman karena saya bukan kritikus, tapi komentator (yang doyan drama korea), film dia mah why not bangget. Saya selalu suka romance yang racikannya pas, yang brutal kayak gini, yang badass kaya Edge of Tomorrow, atau yang agak platonis slash badass jugak kayak Pacific Rim. Loh rupanya film yang saya sebutin ada hubungannya sama dia semua yah. Mungkin cucok seleranya ama Oom.

Kenapa racikannya pas, karena di film ini ada Tom Hiddleton. Haha. Nggak ding. Karena film ini ngomongin satu kenyataan yang penting banget yang mendasari cerita cinta itu sendiri: kalo modernitas itu kosong.

((mulai dari sini spoiler)) Di film ini ada cewek anak bisnismen sukses amerikiyin (Mia Wasikowska) yang rela meninggalkan semuanya karena kepincut misteri keinggrisan — sesuatu yang gak rasional, tapi yah, dengan kata lain kepincut pesona licik nan syahdu Tom Hiddleton.

Tom Hiddleton sendiri berperan sebagai tuan tanah Inggris yang darahnya biru tapi dompetnya transparan, alias kere. Dia terpikat dengan segalanya yang kekinian, alias modern, yaitu duit, mesin-mesin, bisnis lah pokoknya. Itu sebabnya dia pura-pura minat sama si Mia supaya bisa morotin bapaknya. Eh ternyata oh ternyata dia punya dosa gede banget di masa lalu yang menghantui dia ampe sekarang. Dosanya itu segede mansionnya yang mau ambruk ketelen tanah liat. Tom Hiddleton punya kakak cewek yang kayak nenek sihir (Jessica Chastain) yang lebih nyeremin daripada hantu-hantu di mansionnya dan demen banget ngatur dedek Tom harus ngapain. Dia juga cemburu banget sama si Mia. Abis mereka ngewi malam pertama pernikahan, eh dia ngamuk. Dah tau dong sebenernya dia itu apa… Yak benar! Incest doi ama adeknya ndiri. Yah seperti banyak cerita gothic lainnya, incest dan kekerasan muncul sebagai sumber teror yang lebih menakutkan daripada hantu.

Cerita punya cerita, si Tom jatuh cinta beneran sama Mia. Sementara Mia udah diingetin terus ama setan-setan dari kecil kalo ati-ati tuh sama Crimson Peak, nama daerahnya si duo incest ini. Namanya juga orang dimabok cinta ya, mana denger doi. Tapi pas ketauan adeknya cinta beneran, ngamuk si Jessica bunuh-bunuhin semuanya, ampe adeknya sendiri kena sasaran, ditusuk matanya!! Ternyata juga mereka selalu memperistri orang kaya, lalu bunuhin setelah dapet uangnya. Emaknya sendiri aja dibunuh. Mungkin karena ketauan incest. Jessica yang selama ini bunuh. Dedek Tom obral pesona ajah. Ciyan dia.

Jadi, balik lagi soal kekosongan modernitas, ihiy. Yang dikejar duo incest ini nggak ada artinya. Itu cuman supaya mereka bisa nerusin kedoknya sebagai kakak-adek normal pewaris mansion itu. Tiap abis dapet duit, gagal benerin mesin, duitnya abis. Hal ini bikin si Tom setres sejadi-jadinya (cini cini nyender di dada aku), dan tobat berbalik ngelawan kakaknya sendiri. The best thing that ever happened to Tom was actually si Mia, yang mewakili semua hal yang anti modern, dengan percaya hantu, gut feeling, dan percaya kekuatan CINTA hahaha. Tom baru bisa jadi hero setelah dia jadi serpihan masa lalu (hantu maksutnya. Tapi beneran bentuk hantunya dia kayak serpihan gitu).

Dengan alurnya yang cukup ketebak dan visualnya yang sangat emejing, film ini tetep memuat pesan gotika yang kuat yang membungkus cerita cintanya, bahwa kadang the only way to move forward is to step back.

 

*im just saying, eh just kidding.

**Gambar diambil dari https://stitchmediamix.files.wordpress.com/2015/09/crimson-peak1-bloody-disgusting.jpg