Menganalisa dengan kacamata manusia modern

Kehidupan modern semakin cepat melahirkan sesuatu yang baru. Film ini juga membuat terobosan baru dalam menikmati tontonan dimana kita penonton dibuat seakan punya pilihan. Sebenarnya petunjuk masalah memilih ini sudah ada dalam game yang dibuat Stefan. Yaitu sebuah game dengan banyak ending. Menariknya dia membuat game ini berdasarkan dari sebuah buku. Ini adalah sebuah alih media yang menunjukan bahwa semua hal bisa terus didaur-ulang. Dari buku menjadi game lalu bahkan secara harfiah kita akan dihadapkan bahwa film ini terinspirasi dari game tersebut.

Film ini dengan gamblang menyatakan bahwa sekarang semakin banyak pilihan tersedia. Konsekuensinya, kita hanya akan memilih apa yang menjadi preferensi kita. Banyaknya pilihan bukan membuat kita terbuka pada banyak hal, tapi justru makin terjebak dalam kotak pilihan kita tersebut, alias echo chamber. Ini seperti halnya gadget yang anda pegang sekarang, yang memberi ilusi akan koneksi dengan orang lain padahal nyatanya semakin membuat anda terdiskoneksi.

Dengan fitur interaktif seperti ini, film ini punya kesamaan dengan media sosial. Dengan banyak ending, bukan tidak mungkin sejalan dengan waktu film ini akan diupdate. Ketika situs-situs review telah merasa sudah menjalani semua probabilitas alur, film ini bisa membuat satu algoritma yang baru.

Anda juga dibuat seakan anda adalah programmer komputer. Karena di satu sisi  “Bandersnatch” juga menyuguhkan persamaan hidup dengan program komputer. Dan dasar dari programing komputer adalah: if… then… Begitu juga hidup yang kita jalani.

If you choose Frosties for breakfast, then…