oleh Ratri Ninditya
apa reaksimu ketika paul bettany, cillian murphy, dan johnny depp bermain bareng di dalam satu film sci-fi? ngibrit nonton sambil ngeces. tapi rupanya aktor hot tidak menjamin ngecesnya saya sepanjang film kalo tidak didukung sama skrip yang jejeg.
film dengan christopher nolan sebagai produser eksekutif, dan sutradara Wally Pfister bercerita tentang trio jenius pengembang nano komputer (johnny depp, rebecca hall, dan paul bettany–slurp!) yang bercita-cita menciptakan sebuah artificial intelligence yang akan mengubah dunia menjadi lebih baik. di sebuah presentasi, Will (depp) mendapat serangan dari kelompok anti AI yang dipimpin Bree (kate mara). kelompok ini juga menghabisi seluruh tim pengembang dan hasil penelitian sekian dekade di perusahaan tempat joseph (morgan freeman) bekerja dan semua perusahaan IT lain di amerika, yang menjadikan will satu-satunya (tentu saja film ini menganggap amrik-eropa satu-satunya negara di dunia ini) orang yang tersisa yang punya kapasitas melanjutkan penelitian. Will yang sedang pulih dari tembakan awalnya menolak. Tapi begitu ia tahu ia akan mati karena ternyata peluru yang mengenainya memancarkan radiasi ke seluruh tubuhnya, ia menyetujui rencana gila istrinya (Evelyn, dimainkan Hall) untuk mengabadikan pikirannya jadi sebuah artificial intelligence.
Rencana mereka berhasil dan Max (Paul Bettany) menganggap ini sudah melewati batas2 kemanusiaan, dan cabut meninggalkan mereka. Sementara tubuh Will jadi abu, pikirannya berkembang pesat, dari sekedar layar menjadi healer menjadi sosok semi tuhan multidimensional dan metafisikal. Membangun sarang di sebuah kota gak penting amerika dan punya hasrat untuk terus mengembangkan dirinya lebih besar lagi.
Film berkembang dari sebuah klise (setup awal yang terlalu in-your-face, keyboard jadi penyangga pintu, komputer jadi rongsokan yang dibarter dengan barang-barang kebutuhan primer) menjadi sangat menyeramkan, terutama di adegan saat lengan-lengan mekanis menghidupkan tanaman yang sudah mati. Itu baru awal. Saya makin bergidik saat AI Will telah menjadi nano partikel yang masuk ke udara dan menyebar ke seluruh dunia, menghubungkan semua orang di dunia dengan “kepala”nya dengan tujuan membuat dunia jadi lebih baik versus ketakutan fbi mesin yang berkembang di luar kendali. Saya berpikir, yeahhhh this is gonna be an awesommme movie. Apakah keberadaan kita memang sebuah antitesis dari alam itu sendiri? Apakah ego kita sebagai manusia memang ditakdirkan untuk merusak alam sehingga keberadaan mesin yang mencoba memperbaiki alam dan manusia itu artinya sudah kelewat batas? Jika manusia akan ditingkatkan levelnya tapi punya kesadaran kolektif di bawah pimpinan sebuah AI apakah itu salah? Bukankah kita memang makhluk dengan kesadaran kolektif di bawah pimpinan sebuah entitas yang kita namai tuhan?
Tapi saya tertipu euy.
Di satu adegan yang jadi titik balik film ini dari keren banget ke katrok banget, Max dengan sangat patronizing, bilang ke Evelyn, bahwa selama ini ia gak pernah percaya bahwa sebuah AI bisa mengubah dunia. bahkan Will selama ini tidak ingin mengubah dunia. impian itu adalah impian Evelyn. dan selama ini Max cuma play along ngepukpuk egonya dia. tentunya pernyataannya itu membuat Evelyn rela mengorbankan nyawanya untuk dimasuki virus dan diunggah ke sistem Will (dan seluruh sistem di dunia yang terhubung dengan internet). kasian dia! memangnya kenapa kalau punya impian membuat dunia lebih baik? memangnya kenapa kalau tak ingin kehilangan suami dan ingin menyimpan sisa sisa dirinya yang masih mungkin? romantisme Evelyn justru lebih nyata dibanding perasaan theodore (joaquin phoenix) terhadap her. tapi evelyn ternyata cuma jadi eve seperti di semua kitab suci, disalahkan atas pilihan-pilihannya yang tak logis menurut kepala patriarki. (padahal ini omongannya paul, bilang kalau manusia itu kompleks dengan segala kontrasiksi di perasaan dan tindakannya)
adegan ini bisa jadi sangat masuk akal dan konsisten dengan premis awal jika tidak dilanjutkan dengan: pertentangan hasrat kemesinan Will vs. kemanusiaannya yang masih tersisa persis sebelum mengunggah Evelyn ke dalam sistemnya. akhirnya kemanusiaannya yang menang. mereka mati bersama berpelukan di atas kasur (Will berhasil menghidupkan tubuhnya kembali). Beberapa tahun kemudian, entitas mesin paduan mereka berdua ditemukan paul menghidupkan bunga matahari di belakang halaman rumah mereka, sementara dunia sekarat tanpa komputer. pusara akhir yang abadi. cinta sejati hidup selamanya.
film yang terasa sangat nyata berbalik drastis untuk memenuhi optimisme kosong hollywood dan memasukkannya ke dalam daftar blockbuster. yayy for their money. dan cillian murphy sodara2!! dia lagi-lagi hanya jadi tokoh polisi sampingan tolol yang tak punya pendapat.
rupanya transendensi di film dan di dunia nyata sama-sama tidak membuahkan hasil yang bagus!
Saya kasih film ini 2 bintang dari 5.