The Red Turtle: Animasi Ghibli Rasa Eropa

 

trt

Apa yang bakal anda lakukan kalau anda terdampar di sebuah pulau sendirian? Walaupun pulau itu berisi semua yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, tapi kesepian adalah sesuatu yang lebih pedih dari luka apapun di dunia ini.

Penyu yang punya umur panjang secara harfiah dan metafor sudah makan garam alias pengalaman hidup di dunia ini. Menurut beberapa penelitian spesies penyu bahkan sudah ada dari jaman dinosaurus. Beberapa mitologi menyatakan bahwa penyu menggendong dunia di cangkangnya.

Dengan pengalaman hidup seperti itu penyu adalah lambang dari kebijaksanaan, dan ketika satu penyu merah menemukan seorang laki-laki yang terdampar dan nekat ingin terus pergi dari pulau.

Walaupun film setengah Ghibli ini terkesan jauh dengan nuansa film Ghibli biasanya, tapi menariknya The Red Turtle tetap setia dengan faham Ghibli yang mengedepankan tokoh perempuan dan membuat peran perempuan sangat dominan.

Penyu merah mengorbankan sedikit dari waktu hidupnya yang panjang untuk jadi seorang istri dan ibu. Ini melambangkan bahwa peran menjadi istri dan ibu dari seorang perempuan, walaupun penting tapi bukanlah segalanya. Perempuan juga mahluk yang punya tujuan punya hidup sendiri sebagai fokusnya.

The Red Turtle atau La Tortue Rouge buatan  Michaël Dudok de Wit yang diproduksi barengan antara Wild Bunch dan Studio Ghibli adalah satu cerita animasi tanpa dialog yang membuat kepala penontonnya menyusun narasi sendiri dari adegan-adegan film itu. Karena itu pula film ini bisa begitu luas diinterpretasikan.

Walaupun penonton dibebaskan menyusun narasi di kepala, The Red Turtle seperti tetap membangun benteng yang membuat kita seutuhnya tidak pernah bebas dari norma dan logika. Sepanjang film anda akan dimanjakan oleh gambar indah tapi dikurung oleh musik latar nelangsa.

Mata karakter Studio Ghibli yang biasanya belo karena dibuat dalam semesta Eropa dibuat mengecil. Ini juga seperti melambangkan semakin kita dibebaskan berpikir, terkadang kita akan makin menyempitkan pikiran kita.

Film ini seperti film drama cinta lainnya punya premis cinta berawal dari kebencian dan berakhir ketika semuanya memang harus berakhir. Tapi walau cerita berakhir, buat penyu yang umurnya panjang, cerita ini adalah hanya sebuah penggalan kecil hidupnya, dan penyu merah kembali melanjutkan hidupnya, berenang dengan selaw melintasi samudera.

bukan sekedar nonton tv

Selamat datang di era baru nonton serial televisi. Jaman mutakhir di mana kegiatan menonton tidak terbatas menatap layar kaca, tapi mencakup: membaca review dan analisa bayangan yang keliatan di balik laci atau sosok seseorang yang ngeblur di latar belakang dalam sebuah frame di sebuah adegan, menonton ulang dua atau tiga kali lagi untuk mem-pause, men-screengrab, dan mem-pinch zoom in tiap frame untuk memastikan tidak ada petunjuk yang dilewatkan, menonton ulasan screengrab-pinch zoom in orang lain di youtube, mengkonfirmasinya di reddit, bahkan tidak menutup kemungkinan mengarang teori konspirasi alur cerita lalu kekeuh-kekeuhan di forum komik karena super yakin bahwa teori bikinan sendiri (yang lahir dari pembedahan sistematis dan terperinci lintas episode dan lintas season) lebih tokcer daripada teori orang lain, atau minimal, debat-debat di watsap group sama teman sendiri.

Melebarnya aktivitas nonton TV ini tentunya jadi menarik. Karena kita sudah tidak jadi penonton pasif lagi, tapi penonton yang selalu memproses informasi, menganalisa, dan memprediksi. Serial dengan alur yang ruwet menantang kita untuk selalu berteori.

Serial TV kini menjadi napza (hampir)halal yang semakin tahun semakin luas spektrumnya. Penonton serial TV makin jadi pecandu akut yang menjalani lingkaran adiksi tak berkesudahan, ngap-ngapan depan berbagai bentuk umpan di internet.

 

 

westworld-extra

kalo pajangan muka aja ditebakin satu-satu…

 

Saya melihat ini terjadi dengan para fans Game of Thrones dan mengalaminya sendiri saat mengikuti serial Westworld. Ada kehampaan yang ditinggalkan setelah menonton tiap episode. Kekosongan itu harus segera diisi dengan ulasan dan analisa dari berbagai sumber baik video maupun tulisan. Ada ratusan sumber yang bisa digunakan untuk mengisi waktu sebelum episode berikutnya tayang di minggu depan. ‘Tontonan’ tambahan ini meningkatkan histeria kita terhadap sebuah serial, bikin tambah nagih. Siklus adiksi ini terjadi dengan pola yang sama dengan fangirling drama korea. Bedanya, jika penonton Westworld et al memprediksi siapa dalangnya, maka penonton drama korea menduga kapan ciumannya. Teoretikus GoT memutar ulang adegan si anu dibunuh, pecinta drako memutar adegan aegyo (unyu) pasangan utama gelundungan di bawah pohon sakura yang berguguran.

 

so-is-the-maze-part-of-fords-new-narrative-or-are-the-overlapping-characters-a-coincidence

nggak menutup kemungkinan jumlah kerut mata Ed Harris diitungin

got1

di masa depan, jumlah kepala kayak gini bisa jadi CLUE!

Saya sendiri menikmati jadi serial addict amerika dan asia, dan bersyukur dunia ini jadi sedikit lebih menyenangkan dengan hadirnya mereka. Lalu apa yang akan terjadi dengan sinetron Indonesia di masa depan ya?

boy

situ kira gampang bikin misnetron??

*gambar diambil dari sini, sini, sini