setan jawir

setan jawa, java as white people have always imagined it to be.

mengutip garin sendiri di pidato pembuka pemutaran tanggal 4 september 2016: selalu mistis, indah, sensual.

sepanjang film jadi keinget polah, film pendek arie surastio. juga melibatkan pesugihan sebagai simbol mistisisme jawa. namun polah dengan subversif mempertanyakan apakah mungkin imaji jawa mistis itu sebenernya sesuatu yang dihadiahkan secara paksa kepada jawa. dan imaji jawa mistis itu pun kemudian didekonstruksi dalam sebuah cerita reverse pesugihan multi-genre/anti-genre – sekaligus horor, sekaligus komedi, sekaligus arthouse – dan diperlakukan dengan semena-mena, tidak dengan penuh hormat, sebagai konsekuensi logis pertanyaan tadi, sebagai usaha serius untuk mempertanyakan benar tidak jawa itu mistis?

sementara setan jawa menerima imaji jawa mistis begitu saja, seakan-akan jawa memang selalu dan selamanya akan mistis, indah, sensual. seperti bayangan jutaan orientalis sebelum dan sesudah said lahir. konsekuensi logisnya imaji jawa klise dan corny seperti ini pun diperlakukan dengan penuh hormat sebagai sesuatu yang über-adiluhung. scene secorny asmara abigail diratus dan dilulur++ oleh seorang abdi dalem dengan background lukisan kolosal seorang sunan di atas kuda ngangkang pun dikoreografi dengan penuh kesakralan seolah olah sebuah bedoyo. yang menegaskan sekali lagi, jawa pasti selalu mistis, indah, sensual, never corny, never less than adiluhung.

beberapa waktu yang lalu aku menonton tv series inventing southeast asia yang dipandu farish a. noor, sejarawan malaysia. di situ dia berargumen bahwa imaji jawa mistis, indah, sensual, adiluhung yang selalu diulang ulang ad nauseam itu mungkin sebenarnya adalah imaji yang dibentuk penjajahan singkat inggris lewat perhatian mereka yang berlebihan kepada jawa – salah satu contohnya buku babon the history of java raffles, dan sengaja dilestarikan. jawa adiluhung yang penguasa penguasa kolaborasionisnya perlu diabadikan agar penjajahan pun abadi. penguasa penguasa licik glorified preman gila kuasa yang kemudian berabad abad mempromosikan jawa adiluhung sebagai jawa yang sebenarnya, jawa satu satunya yang patut disembah, sebuah pr exercise yang berhasil melanggengkan kekuasaan absolut mereka sampai sekarang.

forget about jawa pesisir, wong cilik, wong cino, wong arab, wong wong lain yang gak tahu beda tembang mana dhandhanggula mana dolanan.

kata buruh film Wisnu Kucing, orang banyuwangi, pas ngobrol, eh thengak thenguk, abis nonton film ini, setiap kali setan jawa muncul gamelan berubah jadi kebanyuwangian dengan menggunakan rebana rebana berisik. menarik juga, setan dalam setan jawa diiringi musik dari jawa timur yang paling timur. cocok dengan tuduhan said bahwa yang timur akan selalu diidentikkan dengan yang mistis, jahat, setan jahanam.

self-orientalism dalam setan jawa jadinya berlangsung dengan sangat kesetanan, di satu sisi mengorientaliskan diri sendiri, jawa, dalam hubungannya dengan dunia, menjualnya sebagai sesuatu yang mistis, indah, sensual, dan lemah – epilog film ini bilang dengan inlandernya “orang jawa masih percaya hal-hal mistik” (kessian deh cyin, eh, gusti), namun di sisi sebaliknya juga mengorientaliskan dengan agresif dan penuh adidaya budaya budaya yang non adiluhung dalam dirinya sendiri, seperti seorang orientalis peduli setan.

*image pilfered from indonesiakaya.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s