Setelah rakyat berpesta (yang katanya) demokrasi. Kini giliran saya dong yang berpesta. Pesta atas terpilihnya saya menduduki kursi. Pesta atas pertarungan sengit yang terlewati. Pesta untuk membalas keringat dan busa-busa yang habis tak bersisa. Tidak lupa, ini juga pesta untuk teman-teman saya yang wataknya, ya, tidak jauh lah serupa dengan watak saya.
Inilah pesta akbar kami semua. Namanya juga perwakilan rakyat, jadi Anda tidak usah ikut campur, sok-sok-an ikut ribut mengenai pesta kita-kita ini. Kan sudah saya wakil-kan. Dan bagi Anda, rakyat jelata, jangan banyak bicara. Duduk manis, diam, dan jadilah penonton yang baik.
Pesta kita ini tidak mungkin lah murah-meriah. Karena kita kan orang terhormat. Kelasnya bukan kacangan. Amit-amit harus tampil seadanya. Maka wajar dong kalau sedikitnya miliaran rupiah harus dikeluarkan oleh negara. Ya dari uang-uang Anda semua, rakyat. Nah, begitu dong, itu tandanya meng-hor-ma-ti. Menghormati wakil rakyat. Maka dari itu Anda harus rela uang Anda diambil sedikit saja. Demi kami.
Kami kan perlu baju bagus disaat pelantikan. Bagus berarti harus mahal dong. Kami juga tidak mau detail-detail lainnya terlewatkan. Maka dari itu pantas lah bagi kami untuk dipakaikan pin kecil berharga Rp. 5 juta. Biar kinclong kalau difoto wartawan. Bling-bling-yoo…
Pesta ini menjadi titik tolak saya untuk menjadi seorang yang bebas berkuasa. Juga menjadi manusia yang aji mumpung. Mumpung bekuasa, mumpung berada di pemerintahan, maka mengambil kesempatan untuk kepentingan sendiri dan keluaraga tidak mungkin akan dilewatkan begitu saja.
Dan mumpung Anda-Anda semua masih menjadi rakyat, sekali lagi saya sarankan, jangan banyak omong. Diam saja. Pokonya turuti dan iya-iya saja terhadap tingkah laku saya dan teman-teman. Diam kan artinya emas… Masa Anda tidak mau menjadi emas?
Jadi jika Anda sok-sok-an mau berteori. Bisa jadi teorinya adalah Kemenangan sama dengan Kekuasaan. Mungkin… Mungkin saja. Karena saya tidak tahu pasti. Dan, ya, sebenarnya tidak peduli.