Apa yang saya rasakan setiap bulan ramadhan tiba adalah, kenangan masa kanak-kanak. Bertarawih bersama teman-teman sekampung, sholat subuh, bermain menjelang maghrib, dan lain-lain. Semuanya terasa menyenangkan. Bahkan saat-saat seperti ketika berkumpul dengan keluarga yang serasa menyebalkan, jadi menyenangkan. Melingkari meja makan dengan menu-menu yang selalu ada –sebagai orang Aceh yang wajib ada di meja saya adalah es timun serut-. Maka karena sekumpulan teori itulah saya mengabadikan momen ramadhan sebagai bulan untuk mengingat.
Mungkin bukan masalah masa kecil saja, di banyak lain hal pun dalam hati kita sendiri secara tidak sadar kita memiliki momen tertentu untuk melakukan ritual mengingat sesuatu. Seperti contohnya saat fireworks meluncur di langit tahun baru, anda dalam hati akan mengingat seseorang yang pernah menghabiskan malam tahun baru bersama anda. Bahkan ketika anda bersama orang lain anda mencoba menghadirkan orang itu dalam benak anda.
Tenang, saya tidak akan menyalahkan anda. Siapa yang bisa menahan pikiran liar sendiri. Pikiran anda adalah hak anda sepenuhnya, mungkin yang perlu diingat adalah anda harus tetap berpijak pada masa sekarang. Ada orang yang sekarang bersama anda, ada tanggung jawab yang harus anda jaga sekarang dan lain-lain.
Punya masa lalu memang adalah sesuatu, dan ingat, sebenarnya masa lalu anda adalah masa depan anda*.
*diambil dari lagu “My Future is My Past”-Gods Must Be Crazy